Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan optimisme terhadap defisit APBN Indonesia untuk dapat dipertahankan di bawah 3%.
Airlangga membeberkan dengan rancangan defisit APBN tersebut, diinginkan juga dapat menjadi dorongan bagi semua pihak untuk tetap optimis terhadap kondisi perekonomian nasional saat ini dan ke depannya.
Baru jadi alarm itu apabila kita lihat defisit anggaran di negara-negara Uni Eropa (UE) yang rata-rata 5%-7%. Alarmnya bunyinya di Eropa bukan di Indonesia, Indonesia masih di bawah 3%,” kata Airlangga dalam keterangan resmi, dikutip Pekan (23/6/2024).
Lebih lanjut, Airlangga ikut serta menyajikan Bank Sentral UE juga sudah mengingatkan negara-negara anggotanya untuk memelihara tingkat defisit anggaran di bawah 3%.
Airlangga mencontohkan Jerman, Prancis, Italia, yang defisitnya antara 5%-7%, dan Indonesia di bawah 3%,
\\”Jadi tidak perlu panik. Mereka sudah dapat spaceman peringatan dari Bank Sentral UE apabila negara-negara UE sepatutnya ikut serta seperti negara-negara Asia,” lanjut Airlangga.
Kecuali kecakapan menjaga fundamental ekonomi Indonesia agar tetap kuat menjadi hal yang terpenting, Airlangga juga meyakini kebijakan perekonomian Pemerintah di tahun depan masih akan tetap paralel dengan kebijakan yang ada saat ini.
Kemudian, neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2024 tercatat memperoleh surplus USD 2,93 miliar dan kapabel melanjutkan popularitas surplus selama 49 bulan berturut-ikut serta. Sedangkan tereduksi dengan defisit sektor migas, surplus neraca perdagangan tersebut disupport oleh surplus sektor nonmigas sebesar USD 4,26 miliar.
Peningkatan ekspor nonmigas Indonesia pada Mei 2024 dibandingi April 2024 ditiru dengan meningkatnya poin ekspor ke beberapa besar negara tujuan utama seperti Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang. Kecuali itu, ekspor Indonesia ke ASEAN dan UE juga mengalami kenaikan
Kecuali dari segi trade surplus, pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif tinggi di 5,11%, kemudian inflasi rendah di 2,8%, kemudian juga dari daya saing juga relatif tinggi. Peringkat daya saing Indonesia naik sebanyak 7 tingkat pada 2024 ini, tertinggi dalam 6 tahun terakhir.
IMD World Competitiveness Ranking 2024
Di sisi lain, berhubungan riset IMD World Competitiveness Ranking 2024 mencatat Indonesia menduduki posisi ke-27 dari 67 negara, di mana pada 2023 lalu Indonesia berada di posisi ke-34. Airlangga menyebut secara fundamental Indeks Keyakinan Konsumen juga bagus, PMI kita juga positif di atas 50
Sedangkan kondisi fundamental ekonomi masih stabil, tapi Airlangga mengatakan Pemerintah masih terus menjaga elemen sentimental regional dan menunjang masuknya investasi.
“Devisa Hasil Ekspor juga kita dorong, dan juga kita meminta terhadap para pengusaha yang ekspornya masih punya devisa di luar negeri untuk dimasukkan ke dalam negeri,” pungkasnya.
Waspada, Rupiah Loyo Berpotensi Bikin Harga Obat Makin Mahal
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mewaspadai poin tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus melemah.
Faisal mengingatkan, pelemahan rupiah berlarut ini tentunya akan membikin barang-barang impor menjadi lebih mahal.
Alhasil itu akan membikin muatan industri yang sepatutnya meng-impor bahan baku semakin tinggi. Imbasnya, konsumen di dalam negeri malah akan ikut serta terkena akibat kenaikan harga untuk beberapa barang, dalam hal ini Faisal mengambil teladan produk obat-obatan.
\\”Hampir semua sektor itu mempunyai ketergantungan terhadap impor meski dengan level yang berbeda-beda. Pekan paling besar ketergantungan impor pada sektor-sektor seperti obat-obatan, farmasi,\\” ujar dia terhadap, Pekan (23/6/2024).
Kecuali obat-obatan, dia juga memandang produk industri manufaktur contohnya untuk sektor otomotif hingga elektronik malah cukup mempunyai ketergantungan terhadap impor bahan baku dan bahan penolong.
\\”Industri tekstil juga kita tahu bahwa kapas mengimpor. Lalu industri makanan beberapa bahan antaranya kita belum cukup produksinya di dalam negeri,\\” imbuh Faisal.
Sedangkan dia, kondisi ini jadi penyebab mengapa pelaku industri relatif mengalami peningkatan impor. Lantaran cara kerja produksi yang rumit, di mana tidak semua bahan bakunya dapat didapat di Indonesia.
\\” kita juga mengekspor, beberapa kita juga mengimpor pada jenis-jenis tertentu. Apalagi yang aku katakan tadi, untuk obat-obatan tingkat impornya masih relatif termasuk yang paling tinggi,\\” kata Faisal.
コメント